Rabu, 21 Maret 2012

Tepi Laut

Dari dulu aku menyukai laut, meskipun hawa panas menusuk yang kurasakan bila berada di tepi laut.

Orang-orang di sini lebih suka menyebut tepi laut, dan aku setuju sebutan itu lebih pas daripada tepi pantai. Tepi laut adalah pantai. Pantai adalah hamparan laut, horizon, dan langit biru di kejauhan; perahu-perahu, pulau-pulau, dan orang-orang di bagian tengah; ombak berdebur, butiran-butiran pasir, dan jejak kaki di tempatku berada; serta bebatuan dan pohon kelapa di belakangku.


Aroma hangat yang sedikit amis meniupkan cinta dari hatiku ke hatinya. Kupandangi lagi sosok yang menatap ke arah matahari terbit itu, yang tampak terpukau dengan keindahan pantai di kota kecil ini. Perlahan ia meraih tanganku, kami resmi berpegangan sambil menatap matahari.

Semburat senyum tak henti memancar dari kedua insan yang sedang dimabuk cinta. Hangatnya matahari sama dengan hangatnya cinta yang ada di dalam hati. Oh, aku cinta kota ini, aku cinta pantai ini, tepi laut ini.

Aku telah terbang jauh, meninggalkan kota ini dalam niat tak kembali. Bagaikan burung yang bosan dengan sangkarnya, berkelana dan menghirup aroma tepi laut di kota-kota lain membuat aku merasa bebas dan senang. Namun sekarang aku di sini, dalam kebahagiaan yang berbeda, yang jauh melebihi kebahagiaan akan kebebasan. Aku tetap bebas dan menemukan keindahan dari sangkar lamaku.

Di tepi laut ini, ada kebahagiaan yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar