Minggu, 01 Januari 2012

Me vs TBC [Part 1]

Bab 1 
Selamat Pagiiii
_____
Paginya Triana 

Sabtu pagi. Uh, alangkah indahnya kalau bisa bangun siang dan bergelung nyaman di bawah bed cover. Atau bangun pagi deh menikmati udara segar pegunungan dari jendela kamar. Hihihi... berkhayal deh ah, mana ada udara segar di Ibukota ini! Tapi tak ada gunanya mengeluh, toh besok Triana akan melakukan kegiatan paling menyenangkan di dunia itu: do nothing dan menikmati setiap tarikan nafas dan rasa nyaman.
ilustrasi pagi yang segar (image by google)

Jam 8 kurang 10 menit. Triana bukan orang yang suka telat. Paling nggak, seperti sekarang ini, 10 menit dari waktu yang telah ditentukan, ia telah siap sedia. Baginya, bukanlah sebuah kebodohan untuk menunggu. Ada banyak hal menarik yang tak terpikirkan sebelumnya untuk dilakukan, ada rasa percaya diri yang meluap, dan ketenangan di hati kalau datang lebih awal. Contohnya sekarang: Triana bisa merapikan dandanannya, menatap foto keluarga di meja kerjanya, menuliskan daftar prioritas kerja, membalas bbm dari beberapa teman, broadcast sesuatu yang inspiratif, melihat dirinya sendiri tersenyum pada cermin mungil yang ditempel di bingkai monitor komputer, dan minum segelas air putih.
Setelah puas dengan me time yang singkat itu, mood untuk bekerja sudah menggebu-gebu banget. Eh bentar, apa sih yang dikerjakan Triana?
Triana bekerja pada sebuah perusahaan minyak bumi dan gas alam (migas), tapi jangan sangka kerjaannya mengisi bensin di pompa bensin. Perusahaan yang besar dan punya banyak urusan begitu, tentunya perlu pembagian pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya, atau paling nggak cukup ahli dalam melakukan pekerjaannya.
Triana yang lulusan Public Relation dan hobi cuap-cuap ini, sudah bergabung di sini selama 5 tahun sebagai Procurement Staff (staff pembelian). Bila ada yang memerlukan barang/jasa sebagai kebutuhan, dapat request ke bagian procurement mengenai barang/jasa tersebut, beserta spesifikasinya. Yang mencari, negosiasi, dan membeli barang tersebut adalah Procurement Staff.
Tentu saja pekerjaan Triana nggak semudah membelikan titipan ibu ke pasar, banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan membeli barang/jasa bagi yang membutuhkan (user). Triana butuh kejelasan dari user tentang barang/jasa tersebut, mengecek budget user apakah masih ada untuk membeli kebutuhan tersebut ke bagian budget, meminta quotation (penawaran spesifiakasi barang/jasa berikut harganya) ke 2 atau 3 supplier barang/jasa tersebut, negosiasi yang alot dengan supplier-supplier tersebut, membuat perbandingan spesifikasi dan harga dari supplier yang telah ia hubungi, dan meminta persetujuan manager sebelum mengirimkan Purchase Order (PO) ke supplier tersebut. Banyak?
Masih ada lagi saudara-saudara! Setelah dapat kabar barangnya sampai user, kadang dapat komplain nggak sesuai dengan maunya mereka, yaaah terpaksa harus jadi perantara lagi antara user dan supplier. Urusan bayar membayar juga harus Triana urus ke bagian Accounting untuk melakukan pembayaran ke supplier terkait, melalui transfer dari rekening perusahaan ke rekening supplier.
Entah yang mana duluan, kerjain aja yang paling mendesak. Hahaha... prinsip itu menjadi pegangan Triana bertahun-tahun. Keribetan pekerjaannya ini bukan membuat Triana stress, malah membangkitkan adrenalinnya untuk bekerja setiap hari. To many things to do, dan banyak hal-hal yang tak terduga, rasanya menyenangkan sekali! Belum lagi kepuasan batin kalau bisa nawar dengan jurus-jurus mautnya.

Ruangan itu kasak kusuk. Nggak ada ketenangan di sudut manapun. Bunyi printer yang bertrit-trit, berpadu manis dengan hentakan-hentakan berirama pada keyboard. Ditambah dengan kegaduhan masing-masing: ada yang lagi bercuit-cuit di telpon, mencari selembar kertas penting yang hilang, kongkow-kongkow ngobrolin jambul khatulistiwa Syahrini sambil ngopi, dua emak di sudut ngobrolin tentang tugas sekolah anak-anaknya sambil mengetik balasan email. Polusi suara di saat jam mulai kerja. Untung saja Triana sudah menikmati me time-nya.
Itu baru suara loh, belum lagi udara. Hahaha... memang sih bukan bau menusuk seperti ada yang buang angin, tetapi sungguh nggak nikmat membaui campuran berbagai macam bau sekaligus. Parfum yang beraneka ragam, bau pengharum ruangan, kopi, ditambah bau penggoda selera indomie kari ayam yang dinikmati si gempal di pojok sana setiap pagi. Ohmigod! Inilah duniaku!
8 deal hari ini, kalau bisa lebih, target Triana kepada dirinya sendiri. Dalam kegaduhan tersebut, Triana sudah memulai misi untuk menuntaskan pekerjaannya yang pertama.
Secara Pak Tommy bagian sales toko furniture ini paling nyenengin diajak ngomong, ini aja deh duluan. Nggak pengen banget pagi-pagi mood udah rusak. Enak sih enak, tapi lebih banyak cerita yang oot (out of topic) kalau ngomong sama Pak Tommy.
"Udah jelas gua nikah aja belom, malah diajak ngomongin merek susu anak balita yang bagus. Hahaha... yaaah dilayani aja dulu deh, biar ntar negonya hati Pak Tommy seneng. Moga-moga ntar gua dapat harga yang bagus," batin Triana.
"Tri," bisik Indah rekannya sambil mengarahkan dagu ke gagang telpon yang hendak Indah berikan pada Triana. 
"Bentar... gua lagi online," bisik Triana pada rekannya. Indah langsung ngerti dan meminta si penelpon meninggalkan identitas dan pesan untuk Triana.
Nggak juga. Sambil nyerocos nego harga Triana mengetik chat pada ym. Seulas senyum mengembang, tapi ia menundukkan wajahnya agar tak tampak oleh rekan-rekan seruangan.
Maklumlah, hatinya lagi sumringah. Ada yang nyenengin hati sih. Iya itu, mahkluk yang chatting dengan Triana itu tuh.
Seneng sih boleh seneng, tapi jangan sangka bisa senyam-senyum sambil menatap daun-daun yang bergerak lincah di luar jendela. Yang ada nih ya, Triana tetap beraksi untuk make sure negonya dengan supplier ini berhasil.
Gitu deh kalo kerja di bidang procurement, harus ngadapin user yang rewel minta kebutuhannya dibeli duluan, tapi juga nggak bisa longgar ke supplier. Harus neken harga seminimal mungkin tapi caranya smooth dong.
ilustrasi menumpuknya kerjaan (image by google)

Liat saja aksi Triana mengakhiri negonya. Gimana nggak, udah 5 tahun jadi Procurement Staff, baru diangkat pula jadi Procurement Assistant Manager. Nego-negoan udah makanan sehari-hari yang tanpa henti. Yah kayak yang satu ini, Triana bercerocos lincah dengan profesional. Udah nggak kalah deh kualitas merayu mendayu-dayunya dengan penyiar radio kawakan. Hahahay...
"Siplah, Pak. Kualitas nggak turun dong ya, ntar nggak sesuai sama request user kita. Ntar quotation yang udah di-approve saya fax balik, bisa langsung kirim furniture bapak ke gudang kami. Thank you, Pak."
Ah, selesai satu. Triana menyesap hot chinese tea-nya sebelum online lagi ngadepin designer interior. Rada-rada bingung juga sih, abisnya gimana coba cara nawar jasa, job yang satu dengan yang lainnya kan nggak bisa disamakan tingkat kesulitan dan modif-modifnya. Sejak baru jadi Procurement Assistant Manager sih baru Triana berurusan dengan klien jasa profesional yang matok harga seenak udel gini. Nggak cuma modal ngomong doang, Triana juga mesti punya knowledge juga sebelum nego, takutnya ntar nggak ngerti sama bahasa-bahasa teknis mereka, cengok dah ntar.
Browsing, pelajari prosedur nego proyek-proyek lain yang sudah pernah terlaksana, minta arahan dulu dari manager, belum lagi bandingin dengan supplier lain dalam hal kualitas maupun harga. Kok banyak yah to do list untuk satu nego ini?! Ntar dulu ah, mending ke toilet dulu ah, kebelet ah. Ah ah ah...

Word count: 1071

5 komentar:

  1. mbak banyak istilah yg aku ga ngerti deh misalnya procurement itu apa?hahahahha

    BalasHapus
  2. thx linda. ntar aku buat keterangan ya, procurement itu bagiaan pengadaan barang (pembelian)

    BalasHapus
  3. kisah pegawai perusahaan yang begitu mendetail sampai pada procurement, quotation, dsb. Perlu dibikin catatan kaki dibawahnya kayaknya mbak, biar yg lain tau istilah2 macam tu.

    BalasHapus
  4. iya wan, coz ga smua pembaca orang kantoran ya. here is the link http://angelolivica.blogspot.com/2012/01/penjelasan-istilah.html

    BalasHapus