Kamis, 05 Januari 2012

Me vs TBC [Part 4]

Paginya Retna 

Kamar kost ini memang sangat mungil, tapi cukup buat Retna beraktifitas. Mungkin karena sudah terbiasa dengan kamar yang kecil dan nggak suka terlalu banyak barang. Sederhana, itulah yang dipancarkan oleh diri Retna. Cantik, manis, dan soleh, kalau pulang ke kampung halaman banyak saja yang menyayangkan status single-nya. Rekan-rekan seumurnya sudah sibuk mengurus anak-anak balita mereka, masing-masing membanggakan kehebatan anak-anaknya. Ya, Retna memang hanya bisa tersenyum sopan dan mendengarkan.
Orang tua Retna memang agak terganggu dengan status single anak bungsu mereka, tetapi tidak menemukan orang yang tepat untuk dijodohkan kepada Retna. Retna adalah anak bungsu dari 8 bersaudara, dan hanya ia satu-satunya yang berhasil menembus pendidikan hingga perguruan tinggi. Lebih membanggakan lagi, Retna sekarang bekerja di salah satu Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Masuk tahun ketujuh bekerja di kantor ini, Retna telah menjadi auditor yang diperhitungkan kemampuannya. Penghasilan Retna juga telah mengangkat derajat keluarganya, mereka adalah keluarga termakmur di kampung. Kedua orangtua Retna yang dulunya buruh tani telah menjadi peternak sapi dan kambing, juga menjadi pemilik sawah. Berbagai perhelatan juga mereka lakukan besar-besaran, terutama setiap Idul Adha. Retna juga adalah penyandang dana untuk kemajuan pertanian di desa, setiap bulan didatangkan tenaga ahli untuk memberikan penyuluhan secara gratis kepada semua petani dan peternak.
Banyak yang bertanya-tanya apa yang dilakukan Retna di Jakarta, tak jarang pula ada yang iseng menggosipkan bahwa Retna memperoleh uang dengan cara yang tidak halal, hingga Retna sempat ngambek untuk pulang kampung. Hingga setahun kemudian saat anak Pak Kades bernama Shania ngotot untuk berkuliah jurusan Akuntansi, orang-orang kampung agak paham apa pekerjaan auditor yang dilakoni oleh Retna tersebut.
"Aku harus kuliah akuntansi seperti Mbak Retna supaya bisa menjadi Auditor seperti Mbak Retna. Auditor itu keren, kalau yang di pemerintahan namanya BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Auditor itu harus orang yang ahli dan mengerti bagaimana laporan yang isinya angka-angka bisa berpengaruh terhadap orang yang membaca. Untuk itu auditor harus memeriksa kebenaran angka-angka yang tertera itu. Nggak semua orang bisa seperti itu," kumandang Shania kepada siapapun yang bertanya mengapa putri Pak Kades itu ngotot ingin ikut jejak Retna.
Kalau ada yang berani melirik Retna, pastinya bukan lelaki dari kampungnya. Semuanya minder meskipun Retna tidak pernah bertingkah laku sombong. Dan yang paling penting Retna sendiri tidak merasa terganggu di umur 28 tahun belum berumah tangga. Banyak pekerja kantoran seumurannya yang masih melajang dan tidak mempunyai pacar, apalagi suami.
Tak puas-puas memandang foto keluarga besarnya yang terpampang di dinding kamar, Retna tersenyum.
"Aku bahagia bila mereka bahagia," batinnya.
Adzan berkumandang. Saatnya sholat subuh, lalu tidur sebentar agar ada energi lagi untuk lembur setengah hari nanti.

Alarm jam 8 kurang kurang 10, buru-buru Retna mandi. Seperti biasa setelah mandi ia mengetok kamar Lucia yang dilalui sebelum kamarnya dan memastikan si badung itu menyahut dan membuka pintu. Seperti biasa, terseok-seok dan dengan ekspresi tersiksa Lucia yang sudah dianggap adik sendiri oleh Retna itu akan berjalan ke kamar mandi.
Setelah berpamitan, Retna buru-buru berjalan kaki ke kantor. Kost-nya sangat dekat dengan kantor, berada di belakang kantor. Secangkir milo hangat dari mesin pembuat minuman otomatis di kantor yang terbayang
membuatnya bersemangat untuk sampai lebih cepat.
Pemandangan 7 tahun lalu berkelabat, dulu karirnya dimulai dari berjejal di kubikel dan mengerjakan pekerjaan remeh temeh seperti menjumlahkan ulang dengan kalkulator. Seulas senyum tersimpul di wajahnya saat memandang ke ruangan yang baru dihidupkan lampu olehnya itu. Sementara sekarang, ia memiliki ruangan kerja sendiri dan banyak downline yang bekerja untuknya.
kubikel (illustrasi by google)

Tidak banyak orang yang bekerja lembur di hari Sabtu, hanya beberapa tim audit yang dikejar deadline. Tim yang dirancang Retna untuk menuntaskan audit PT ASD memang patut diancungi jempol. Tiga cewek yang berbadan ceking itu mampu menuntaskan pekerjaan hanya dalam 1 minggu, dengan lembur mati-matian pastinya. Karena kesibukan dengan klien lain, Sabtu ini Retna memutuskan untuk me-review pekerjaan mereka. Bahkan Tina si pemimpin tim akan datang jam 9 untuk mendengarkan hasil review Retna.
Pekerjaan yang rapi dan sangat memuaskan. Ada beberapa poin penting yang harus ditelusuri lebih lanjut telah diketik Retna dan dicetak pada selembar kertas HVS. Tak terasa satu jam berlalu dan Tina menghampiri ruangan Retna dengan penuh keceriaan.
"Hai Ret, gimana ASD? Ada tambahan?" celetuk ceria gadis itu.
Retna memaparkan beberapa hal yang dirasa kurang lengkap dan Tina mengangguk-angguk penuh pengertian, lalu berlalu dari hadapannya.

Milo hangat. Hampir saja Retna lupa. Bergegas ia berjalan ke mesin pembuat minuman otomatis dan memencet tombol MILO. Buih-buih dan bau khas coklat membuatnya tersenyum kembali, melupakan tidur yang hanya 3 jam. Banyak orang yang senang minum kopi untuk menghilangkan kantuk, tapi Retna tidak demikian.
Milo Hangat (illustrasi pribadi)

Dering telpon di mejanya terdengar nyaring di tengah kesunyian. Retna bergegas kembali ke ruangan.
"Mbak, brunch at Pancious. Now?" cerocos Lucia saat telpon diangkat Retna.
"Okay, duluan ngesot gih. Pesanin gua double pancake with oreo ice cream, sama sweet ice tea sedikit es. Gua sekarang naik taksi ke sana."
"Sip, Mbak, see you there!"
Hahaha... cepat saja anak itu, pasti udah lapar berat. Lucia Lucia... setiap tingkah lakunya selalu membuat Retna tertawa. Ada saja manusia macam ini, yang membuat hidup Retna nggak terlalu monoton.
Sebenarnya sih, makan siomay di depan Atmajaya dan makan Pancious di Pasific Place bersama Lucia nggak ada bedanya. Sama senangnya, karena Lucia selalu ceria dan punya banyak cerita. Apalagi cerita tentang ketololan SpongeBob. Makhuk gabus bujur sangkar berwarna kuning yang Lucia jadikan teman setia sejak jaman kuliah itu telah menjadi maskot kesayangan Lucia.
Terharu juga kalau ingat si tomboy Lucia yang mengaku baru pertama kalinya menangis saat Retna harus berangkat meninggalkan kost untuk menerima tawaran kerja di Jakarta. Lucia meraung-raung... hahaha... 3 tahun kemudian, Retna menemukan Lucia sedang menangis pilu ditemani dua orang cewek lainnya di Jco Semanggi.
"Lucia, kenapa? Lucia kan?" tegur Retna saat itu.
"Jangan sok kenal deh!" balas Lucia sengit.
"Ingat ini?" Retna menyodorkan gantungan handphone Spongebob pemberian Lucia.
Sontak Lucia langsung meraung-raung memeluk Retna, lalu memperkenalkan Retna kepada Triana dan Pamela. 
Hahaha... sudahlah, Retna malah asyik melamun sambil menyeruput milo hangatnya.
Perlahan Retna mengemasi barang dan pamit pulang duluan kepada tim ASD yang masih bekerja. Mungkin nggak pergi lama sih, setelah brunch dengan Lucia, Retna akan kembali bekerja memeriksa kembali kekurangan pekerjaan downline-nya.

Words count: 993

2 komentar:

  1. kok tokoh luci itu lucu ya hahahahaha

    BalasHapus
  2. yup, aku punya "model"nya untuk dpt gambaran karakter n kehidupan Luci. Eh, jadi ingat lom ijin sama model :D

    BalasHapus