Jumat, 06 Januari 2012

Me vs TBC [Part 6]

Terjaring

Siapa yang bisa sangka sih kalau sindikat yang baru terbentuk 5 menit sudah bisa memperluas jaringan? Hahaha... nih ya tak ada yang tak mungkin, bahkan saat kita inginkan, sangat sangat sangatttttttt ingin sesuatu, ingin ingin inginnnnnn banget sesuatu, kuncinya adalah: inginkanlah dengan sangat dan sungguh-sungguh, seperti kita inginkan udara untuk bernafas, die to get it! Mengapa harus segitunya? Ada seorang yang bernama Paulo Coelho mengatakan, “When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.”
The Quote by Paulo Coelho (ilustrasi by google)

Saat kita menginginkan sesuatu, seluruh dunia akan bersama-sama membantu kita untuk mewujudkannya. Ya ya ya... lagi-lagi ini adalah pegangan hidupku yang menuntunku untuk semakin berani bermimpi gila.
Langkah pertama - selagi Ci Pam juga lagi asyik sama laptop-nya, dan daripada cengok atau kelihatan berkhayal, aku mengedarkan pandangan ke semua penjuru JCo ini, siapa tau ada yang bisa dijaring untuk masuk dalam sindikat TBC. 
Ngomong-ngomong, TBC sebenarnya juga bisa jadi sindikat yang keren kalau dianggap sebagai sindikat yang menggunakan Bahasa Inggris. Maksudku, Tak Butuh Cinta disingkat TBC (dibaca te-be-ce, seperti nama penyakit), sedangkan kalau sedikit dipoles menjadi keren, let say dijadikan The Beauty and Charming (ahay!), atau The Bloody Caramel (xixixi... seperti grup band punk!) dan diucapkan ti-bi-si instead of te-be-ce yang nggak keren itu. 
Nggak ada manusia yang kukenal deh kayaknya di dalam sini. Masa iya harus celingak celinguk keluar atau keliling mencari mangsa eh anggota? Mana mau Ci Pam dengan high hells-nya yang merepotkan itu! Sesuai agenda, hanya nongkrong di JCo, karaoke di Inul Vista, dan nonton di 21. Intinya hari ini adalah senang-senang dan bukan belanja, sehingga kostum yang Ci Pam pakai memang nggak mendukung untuk belanja. 
Dan tiba-tiba ada warna kuning mencolok, yang mendekat mendekat dan mendekat ke arahku. Atribut yang aneh, tapi nggak asing di mataku. Aih aih, Lucia!


"Hai Pam!" sapanya, dan kesalnya sapaan itu bukan untukku. 
"Hai Lucy, gimana kerja di Arsitex? Betah? Kalau nggak ngantor tambah norak aja lo. Hahaha..." candanya pedas seolah-olah yang dikenakan Ci Pam itu calm banget dan beda banget sama yang dikenakan Lucy. Beda sih beda, tapiiii intinya sama-sama nyakitin mata!
Ci Pam bercerita bahwa Lucia adalah sekretaris Arsitex, sebuah penyedia jasa arsitektur yang beken di Indonesia. Perusahaan kami adalah salah satu klien tetap Arsitex dan menurut Ci Pam berurusan dengan Lucia sangat menyenangkan dan nggak ribet. Intinya dia memuji Lucia habis-habisan sebagai seorang yang profesional dalam bekerja. Lantas memperkenalkanku, siapa tau nantinya aku akan berurusan dengan Lucia juga. 
"Bentar," kata Lucia menatapku lama tanpa mengulurkan tangannya. Untung saja aku nggak keburu mengulurkan tanganku. Gimana kalau Lucia sudah lupa padaku? 5 tahun bukan waktu yang singkat bukan? Sudah 5 tahun aku dan Lucia nggak pernah ketemu lagi. Sejak aku memutuskan untuk kuliah di Jakarta dan Lucia di Jogja. Lose contact, karena jurusan kita juga nggak nyambung buat saling ngobrol dan sibuk dengan aktifitas masing-masing.
Tapi, 3 tahun bukan waktu yang singkat juga bukan? Masa iya Lucia melupakan sahabatnya semasa SMA ini? Ehm, mestinya sih nggak tapi (tapi lagi!) kalau melihat tabiat Lucia sih wajar-wajar aja kalau dia lupa. Sering banget dia lupa kalau namaku itu Triana, dan hanya ingat TRI. Sementara Fiana sering disebut dengan kakakku yang tua, dan Diana kakakku yang muda. Lucia sangat mudah melupakan nama, dan parahnya nggak merasa terganggu dengan hal itu. 
"Woi! Bentar kok lama!" sontak aku dan Lucia terkaget mendengar teriakan Ci Pam. 
"Nggak Ci... ini... gua kayaknya kenal sama anak ini," katanya sambil menunjuk ke arahku.
Mukaku merah, menunduk, dan malu? Tentu saja!
Berpikir keras, Lucia menuturkan juga apa yang ada dalam pikirannya, "Mungkin cuma mirip sama sahabat gua waktu SMA, namanya... engggg... namanyaaaa... "
"Nama gua Tri. Lengkapnya Triana," cerocosku nggak sabaran. 
"Eh iya, Tri yang bikin kamarnya jadi hutan."
Doeng. 


Okeh, perkenalan kembali yang memalukan, tepatnya buatku. Selamat terbahak-bahak buat dua manusia paling aneh yang aku kenal di muka bumi ini. Dan aku telah menghabiskan choco blended untuk diseruput saat tawa ngakak dua manusia gokil ini membahana. 
Tak habis-habisnya Lucia menceritakan kekonyolanku semasa SMA, ditimpali dengan Ci Pam yang menceritakan kekonyolanku di kantor. Hampir setahun bekerja sebagai Staff Procurement, sementara Ci Pam dengan posisi sebagai Procurement Assistant Manager, nggak mungkin banget aku nggak terima kalau dia menceritakan kekonyolanku atau sekedar menganggapku konyol. Karir baru dimulai, aku nggak pingin berhenti gara-gara persoalan sepele. 
Lagipula, jauh di lubuk hati, aku tau bahwa Ci Pam itu baik dan nggak ada maksud untuk menyakiti. Bahkan, ia sangat yakin aku adalah kandidat penggantinya. Ci Pam beruntung banget, tapi itu karena dia memang punya talenta juga. Kata anak-anak kantor, Ci Pam resign karena akan menikah, tapi setahun kemudian ia kembali lagi, dan kebetulan juga posisi yang dia tinggalkan kosong. Procurement Assistant Manager penggantinya nggak sanggup melakukan pekerjaan sebaik dirinya. Menurut Ci Pam, memang nggak cocok kalau Procurement Assistant Manager itu berasal dari luar, karena kerjaan di sini ibarat main game, yang punya trik tersendiri, tiap tahun kita akan bekerja lebih cepat dengan keribetan yang ada. 
Kupandangi Lucia dengan T-shirt kuning bergambar SpongeBob Squarepants dengan muka nyengir si makhluk kotak itu. Ke mana semua koleksi Doraemonnya? Dari makhluk bundar berwarna biru, sepertinya sekarang cintanya telah pindah ke makhluk kotak berwarna kuning. 
Hening. Mungkinkah kedua manusia tukang ngakak itu telah kehabisan cerita konyol untuk dibagikan? 


Jadi, Ci Pam baru saja bercerita tentang kekonyolanku yang terakhir, tentang sindikat TBC. 
Lantas, Lucia memutuskan untuk bergabung dengan semangat 45. Oh ya, mereka terdiam karena meminta pendapatku. 
"Dua kepala lebih baik daripada satu. Tiga kepala lebih baik daripada dua," jawabku diplomatis. 
Nggak sangka kok ada yah yang terjaring sedemikian cepatnya? Dengan cara yang tak terduga pula. Benarkah kata-kata itu menjadi mantra? When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.
"Tak Butuh Cinta," ulang Lucia. 
Dia melanjutkan, "Gua anti cinta-cintaan sama cowok, tapi gua menghargai cowok yang punya kemampuan, tanpa harus jatuh cinta. Gua lebih suka kehidupan pribadi gua tanpa cowok, apa salah?"
Aku dan Ci Pam mengangguk-angguk tanda setuju dengan pendapat Lucia.
Lucia mendadak beranjak pergi, mengambil strawberry yogurt freeze-nya telah siap disajikan oleh bartender.
Strawberry Yogurt Freeze (ilustrasi by google)

Dia kembali dan berkata, "Tri, gua sering lupa nama lo. Tapi gua ingat selalu bilang sama Mama gua kalo gua akan cari pacar kalau lo menikah."
"Oh," kataku ternganga atas proses pengingatan kembali yang membuatku terkejut. 
Sumpah yang aneh, sungguh!

Words count: 1022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar